Ia datang ke tanah suci, berangkat dari negerinya, negeri yang dikenal sebagai negeri sosialis di kepulauan Karibia. Ia datang dengan penuh keyakinan dan tekad, meskipun baru memeluk Islam selama tujuh bulan. Namanya adalah Maria Luiz Calfo Liva salah seorang jamaah haji yang berasal Kuba (Republic of Cuba). Wanita yang berprofesi sebagai seorang guru ini telah berusia 50 tahun.
“Aku mewakili seluruh jamaah haji asal Kuba. Aku adalah salah satu dari para jamaah yang datang dari Republik Kuba untuk ibadah haji tahun ini,” katanya kepada harian al-Watan.
Maria tinggal di kamp nomor 27 di Mina, bergabung dengan jamaah Turki, Eropa, dan Australia. Dia sangat menikmati tinggal bersama saudara-saudara seimannya di sana. Meskipun berbeda negara, kultur, dan bahasa ibu, persaudaraan Islam menjadikan mereka begitu dekat. Maria juga sangat dekat dengan pengawas kamp yang bernama Hussam al-Miski. Ia menyebut Hussam sebagai anaknya, dan Hussam terbiasa memanggilnya Ummi (ibuku).
Perjalanannya dari Kuba menuju Arab Saudi ditempuh selama tiga hari. “Butuh waktu 12 jam untuk tiba di Moskow dari Havana (ibu kota Kuba). Kemudian lebih dari 7 jam untuk mendarat di Dubai. Dan penerbangan dari Dubai ke Jeddah menghabiskan waktu dua setengah jam. Selain itu, aku juga menghabiskan waktu berjam-jam di lounge, karena transit”, kata wanita yang berasal dari negeri Fidel Castro ini.
Melihat usia keislamannya yang baru seumur jagung, menjadikan Maria begitu istimewa. Bagaimana tidak, ia korbankan harta, jiwa, dan tenaga untuk Allah, untuk agama yang baru saja ia anut. Perjuangan yang begitu besar ia lakukan, menuju sebuah tempat yang asing, jauh dari rumah dan keluarganya. Tidak heran Allah menyediakan pahala yang sangat besar bagi para jamaah haji dan doa yang tidak tertolak. Dari Ibnu Umar, Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْغَازِى فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَالْحَاجُّ وَالْمُعْتَمِرُ وَفْدُ اللَّهِ دَعَاهُمْ فَأَجَابُوهُ وَسَأَلُوهُ فَأَعْطَاهُمْ
“Orang yang berperang di jalan Allah, orang yang berhaji serta berumroh adalah tamu-tamu Allah. Allah memanggil mereka, mereka pun memenuhi panggilan-Nya. Oleh karena itu, jika mereka meminta kepada Allah pasti akan Allah beri.” (HR. Ibnu Majah no 2893. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Maria mengatakan, ketika pengemudi membawanya ke Masjidil Haram untuk melakukan Tawaf al-Qudum, jantungnya berdebar. Ia merasakan kesyahduan yang belum pernah dirasakan sebelumnya. dan ia juga merasakan cinta dan kasih sayang Allah kepadanya. “Ketika aku telah dekat dengan Ka’bah (Rumah Allah) aku merasakan kakiku gemetar. Rasa-rasanya keduanya tidak mampu membopong tubuhku ini, dan rasanya aku akan pingsan. Aku mulai menangis, takjub dengan kesucian tempat ini,” katanya.
Wanita yang mampu berbicara dalam tujuh bahasa ini menuturkan bahwa air matanya tidak berhenti meleleh sepanjang ritual-ritual haji tersebut.
Ketika ditanya tentang begitu padatnya Masjidil Haram dan ritual jamarat, Maria mengatakan, “Kepadatan itu tidak berarti bagiku. Sepanjang waktu itu, aku hanya merasakan hanya ada aku dan Allah saja”.
Dia mengatakan sebagian besar permohonannya di Arafah ditujukan untuk keselamatan rakyat Palestina dari kekejaman Israel. “Aku selalu berdoa kepada Allah untuk menyelamatkan saudara-saudaraku di Gaza dari kekejaman Israel,” katanya.
Maria mengatakan dia sangat terluka dengan agresi brutal Israel terhadap Gaza dan pembunuhan sejumlah besar warga sipil Palestina, terutama anak-anak yang tidak bersalah dan perempuan yang tidak bersenjata.
Ketika ditanya apa yang ia rasakan dengan dari ibadah hajinya, ia mengatakan bahwa dirinya merasa seolah-olah Allah sedang berbicara kepadanya secara pribadi. Allah mengatakan sekarang ia bisa memulai hidup baru yang penuh dengan ketenangan dan ketenangan.
http:// saudigazette.com.sa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar